Followers

Tuesday, October 22, 2024

Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

 

RANGKUMAN KESIMPULAN PEMBELAJARAN

KONEKSI ANTAR MATERI

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Oleh: Listyarini Intanti

 

Setelah melewati tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, inilah saatnya menarik kesimpulan dan berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah saya pelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain.

Untuk menunjukkan pemahaman saya akan kaitan antar materi ini, saya membuat rangkuman kesimpulan pembelajaran yang menunjukkan koneksi antar materi sebagai berikut:

  1. Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Pertama, Ing Ngarso Sung Tuladha berarti dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin harus dapat menunjukkan integritas dan tanggung jawab sebagai contoh atau teladan yang beretika, terutama dalam hal sikap dan keputusan yang diambil sehingga orang lain bisa melihat dan menirunya dalam setiap pengambilan keputusan. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa berarti pemimpin harus bisa membangkitkan semangat dan melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan agar hasil keputusan tersebut terasa adil dan saling menghargai dengan mendengarkan masukan untuk pengambilan keputusan yang berpihak pada murid.  Ketiga, Tut Wuri Handayani mengutamakan pentingnya pemimpin memberi dukungan  dan dorongan yang memotivasi setelah keputusan diambil sehingga memberi ruang orang lain untuk berkembang. Secara keseluruhan, filosofi tersebut mengutamakan kepemimpinan yang etis, kolaboratif, dan memberdayakan orang lain.
  2. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan karena nilai-nilai tersebut membentuk cara kita melihat permasalahan, menilai situasi, dan menentukan apa yang benar atau salah. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan kepedulian akan memandu kita untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan intergritas dan moralitas. Ketika kita dihadapkan pada dilema, nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri menjadi landasan yang membantu kita menentukan prioritas. Nilai-nilai tersebut juga mempengaruhi cara kita mempertimbangkan dampak keputusan pada orang lain, apakah keputusan itu memberdayakan, adil, atau sebaliknya. Prinsip-prinsip yang kita ambil, seperti keadilan dan kerjasama akan menjadi cerminan langsung pada nilai-nilai yang kita pegang erat. 
  3. Materi pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Coaching menyediakan ruang untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil dan menilai keefektifannya. Saat melakukan pengujian keputusan pun sebaiknya menggunakan kompetensi inti coaching sehingga dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari permasalahan yang dihadapi. Dalam sesi coaching, individu dapat mengindentifikasi pertanyaan yang muncul setelah pengambilan keputusan, meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan dengan mengajarkan cara mengumpulkan informasi dan menganalisis data. Selain itu, coaching memberikan dukungan emosional, membantu merencanakan langkah-langkah untuk pengambilan dan pengujian keefektifan keputusan sehingga dapat menetapkan indikator keberhasilan. Umpan balik konstruktif akan mendukung proses pengambilan keputusan di masa depan sehingga meningkatkan keefektifan keputusan yang diambil.
  4. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Kesadaran diri membantu guru membuat keputusan yang lebih rasional, sedangkan empati memungkinkan guru mempertimbangkan dampak keputusan terhadap murid dan pihak lain. Keterampilan komunikasi yang baik memfasilitasi diskusi terbuka mengenai dilema etika dan pengelolaan stres sehingga membantu menghadapi situasi sulit dengan tenang. Kesadaran sosial emosional tersebut mendukung pemikiran kritis untuk analisis yang objektif karena cenderung mengambil keputusan yang lebih etis dan keterampilan sosial emosional membantu membangun hubungan positif di lingkungan belajar.
  5. Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sangat berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik karena membentuk cara pandang dan keputusan yang diambil. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan empati berfungsi sebagai panduan dalam pengambilan keputusan terkait situasi tersebut. Pendidik perlu merefleksikan nilai-nilai pribadi untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang kebijakan dan praktik pendidikan. Dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan, pendidik menjadi teladan bagi murid dalam menghadapi dilema etika di masa depan.
  6. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang adil dan transparan membangun kepercayaan antara guru, murid dan orang tua. Demikian perlu juga melibatkan pemangku kepentingan dalam keputusan untuk meningkatkan rasa memiliki dan keterlibatan. Keputusan yang mempertimbangkan aspek sosial emosional akan menciptakan iklim sekolah yang mendukung. Lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman memungkinkan murid lebih fokus pada pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar.
  7. Tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika seringkali berhubungan dengan keterbatasan informasi dan pengelolaan emosi sehingga menghambat proses pengambilan keputusan. Kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan pendidikan adalah bahwa paradigma baru yang lebih mengutamakan kolaborasi dan pendekatan berbasis kepedulian dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan. Perubahan paradigma menuju pendekatan yang lebih holistik dan berorientasi pada kesejahteraan murid dapat memotivasi pendidik untuk lebih berfokus pada aspek etika dalam pengambilan keputusan, meskipun tantangan tetap ada.
  8. Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita diantaranya berhubungan dengan kemandirian murid, pembelajaran berdiferensiasi, lingkungan yang mendukung, evaluasi dan umpan balik yang membantu memahami kekuatan maupun area yang perlu diperbaiki untuk mendukung proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, perlu mengumpulkan data menggunakan asessmen awal  sehingga diketahui minat, gaya belajar, dan kemampuan murid untuk memahami kebutuhan individual mereka. Selanjutnya merancang kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodasi beragam kemampuan dan minat murid seperti kelompok belajar, proyek individu, atau pembelajaran berbasis masalah. Perlu juga melibatkan murid dalam pengambilan keputusan tentang  pembelajaran mereka sehingga merasa memiliki andil dalam proses. Tentunya harus pula dilakukan evaluasi secara berkelanjutan untuk menilai efektivitas pendekatan yang diambil dan melakukan penyesuaian kebutuhan murid.
  9. Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Pengambilan keputusan yang bijak oleh seorang pemimpin pembelajaran tidak hanya berdampak pada proses pendidikan, tetapi juga membantu murid mencapai potensi maksimal kaitannya dengan masa depan mereka. Dalam hal ini berfokus pada pengembangan nilai karakter yang membentuk sikap positif murid dan mengedepankan keterampilan abad ke-21 untuk membekali murid dengan kemampuan relevan sesuai zamannya. Oleh karena itu perlunya mempertimbangkan kesejahteraan murid dalam mengambil keputusan dan melakukan pengujian sesuai langkah-langkah yang sistematis desesuaikan dengan paradigma dan prinsip yang tepat.
  10. Kesimpulan akhir  yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah pentingnya pengambilan keputusan yang etis dan strategis dalam pendidikan, serta dampaknya pada kesejahteraan murid dan lingkungan belajar. Pengambilan keputusan tersebut haruslah berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara dan berpegang teguh pada nilai-nilai guru penggerak yang mana salah satunya berpihak pada murid dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan yang universal. Modul ini menekankan bahwa pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan nilai-nilai moral dan sosial emosional dalam setiap keputusan yang diambil, yang berhubungan erat dengan modul-modul sebelumnya. Keterkaitannya mencakup pentingnya nilai dan etika dalam pendidikan, penerapan pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam, kompetensi sosial dan emosional agar dapat mengambil keputusan dengan penuh kesadaran diri, penciptaan lingkungan belajar yang mendukung melalui budaya positif, coaching untuk memaksimalkan potensi dalam menemukan ide-ide kreatif dan menggali informasi sebanyak-banyaknya kaitannya dengan pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, pentingnya pengambilan keputusan yang kolaboratif dan bertanggung jawab karena berpengaruh besar pada hasil pendidikan serta pengembangan karakter murid di masa depan.
  11. Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang telah saya pelajari di modul ini, mencakup beberapa aspek penting yaitu dilema etika yang melibatkan pilihan antara dua hal yang sama-sama benar dimana kedua pilihan memiliki nilai moral yang kuat namun hanya satu pilihan yang bisa diambil dan bujukan moral yang melibatkan situasi dimana ada pilihan yang jelas antara apa yang benar secara moral dan apa yang salah, 4 paradigma pengambilan keputusan membantu memahami konteks yang berbeda dalam pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan yang menjadi panduan bagi pendidik dalam membuat pilihan yang etis, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang memberikan kerangka sistematis untuk menganalisis situasi, mempertimbangkan alternatif, serta mengevaluasi hasil keputusan yang diambil. Sedangkan hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah kompleksitas dalam menerapkan prinsip dan langkah-langkah tersebut dalam situasi nyata, dimana faktor emosional dan sosial sering kali mempengaruhi pengambilan keputusan. Selain itu, pentingnya kolaborasi dan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan yang tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada komunitas secara keseluruhan.
  12. Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema, namun kurang terstruktur dan sistematis. Bedanya dengan apa yang saya pelajari di modul ini adalah dimana modul ini memberikan pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya kolaborasi dalam pengambilan keputusan yang etis dengan menerapkan konsep dilema etika, bujukan moral, dan kerangka pengambilan keputusan yang jelas seperti empat paradigma, tiga prinsip pengambilan keputusan yang memberikan pendekatan lebih terencana dan menyeluruh, serta sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam menganalisis situasi, mempertimbangkan alternatif, dan mengevaluasi hasil.
  13. Dampak mempelajari konsep  ini buat saya, kini lebih memahami kompleksitas yang terlibat dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan etika dan moral. Ini membuat saya lebih berhati-hati dan reflektif dalam menganalisis situasi sebelum membuat keputusan. Perubahan  yang terjadi pada cara saya dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini adalah sebelum mempelajari modul ini, saya mengambil keputusan dengan lebih mengandalkan insting atau pengalaman pribadi. Namun setelah mempelajari modul ini, menjadi lebih terstruktur dalam prosesnya. Saya kini lebih mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan, masukan dari pemangku kepentingan, dan dampak jangka panjang dari keputusan yang saya ambil. Perubahan ini membantu saya menjadi pemimpin yang lebih etis dan responsif terhadap kebutuhan murid dan lingkungan belajar.
  14. Mempelajari topik modul ini bagi saya sangat penting, baik sebagai seorang individu maupun saya sebagai seorang pemimpin. Sebagai individu saya memahami dilema etika dan bujukan moral meningkatkan kesadaran diri saya tentang nilai-nilai kebajikan dan bagaimana keputusan saya dapat mempengaruhi orang lain. Sebagai pemimpin, pengetahuan tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dan prinsip-prinsip yang mendasarinya memungkinkan saya membuat keputusan yang lebih berorientasi pada kesejahteraan murid dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Saya dapat lebih efektif dalam menangani dilema etika dan melibatkan pemangku kepentingan dengan baik. Secara keseluruhan modul ini memperkuat kemampuan saya untuk memimpin dengan integritas dan resposnsif terhadap tantangan yang dihadapi, serta membantu saya berkontribusi lebih baik pada komunitas pendidikan.

 

Semoga tulisan ini memberikan manfaat dan inspirasi dalam pengambilan keputusan. Mari terus berbagi praktik baik dan tetap melangkah dengan bijaksana.


Friday, September 20, 2024

Refleksi Kompetensi Inti Coaching

 

Eksplorasi Konsep Modul 2.3

Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching


Oleh: Listyarini Intanti


Refleksi pengalaman saat berada dalam 3 macam situasi:

1. Saat berbicara dengan orang, saya pernah merasakan dilabel atau dinilai ketika mereka langsung memberi komentar negatif mengenai pilihan saya.

a. Pada saat itu, saya merasa tidak nyaman dan berpikir bahwa mereka tidak benar-benar memahami situasi saya. 

b. Setelah mendengarkan penilaian itu, saya berusaha untuk tidak merespon secara emosional. Saya menarik nafas dalam-dalam dan mencoba melihat dari sudut pandang mereka, lalu mengalihkan percakapan ke topik lain agar komunikasi tetap baik.

 

2. Saat berbicara dengna orang, saya pernah merasa bahwa orang tersebut salah mengartikan apa yang saya katakan tanpa mengonfirmasi terlebih dahulu.

a. Pada saat itu saya merasa bingung dan berpikir bahwa mereka tidak berusaha memahami saya dengan baik. Rasa khawatir muncul bahwa informasi yang salah bisa menyebabkan kesalahpahaman lebih lanjut.

b. Setelah mendengarkan hal itu, saya memilih untuk tetap tenang dan sopan dalam mengklarifikasi apa yang sebenarnya saya maksudkan.

 

3. Saat berbicara dengan orang, saya pernah mengalami situasi dimana mereka mulai bercerita tentang pengalamannya atau memberi saran tanpa saya minta.

a. Pada saat itu saya merasa agak terkejut dan tidak nyaman karena saya belum selesai menceritakan apa yang apa yang ingin saya sampaikan. saya berpikir mungkin mereka tidak memahami sepenuhnya tentang apa yang saya ceritakan.

b. Setelah mendengarkannya, saya mencoba tetap bersabar dan menghargai apa yang mereka bagikan. Saya memberikan respon positif dengan mengucapkan terima kasih atas sarannya.Dengan cara ini saya berharap bisa kembali ke percakapan yang saling mendengarkan.

 

Saat seseorang membuat tidak nyaman, maka penting untuk tetap bersabar dan menghargai apa yang mereka sampaikan sehingga tetap dapat berkomunikasi dengan baik dan saling mendengarkan.

Materi & Refleksi 2.3.1 Kompetensi Inti Coaching

2.3.f.3. Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.3. Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

Oleh: Listyarini Intanti


 Kehadiran sepenuhnya dalam coaching berarti coach benar-benar fokus dan ada sepenuhnya untuk coachee. Coach mendengarkan dengan seksama, memperhatikan apa yang dikatakan dan dirasakan coachee, tanpa gangguan memikirkan hal yang lain. Jadi tubuh, pikiran, dan perasaan coach semuanya selaras dan fokus pada percakapan yang terjadi untuk membantu coachee sehingga merasa didukung dan didengarkan dengan baik. 

1. Pengalaman saya saat berhasil menghadirkan fokus selama melakukan percakapan dengan seseorang ketika saya berbicara dengan rekan yang mengalami masalah, saya berusaha benar-benar fokus. Saya memperhatikan dan mendengarkan apa yang rekan saya katakan dengan baik tanpa memikirkan hal lain atau buru-buru memberi jawaban. Dengan adanya fokus penuh, percakapan jadi lebih mendalam dan saya pun merasa menjadi pendengar yang baik.

2. Hal-hal yang biasanya dilakukan untuk menghadirkan fokus sebelum dan selama kegiatan diantaranya mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan pikiran dan tubuh sebelum memulai kegiatan, menjauhkan gangguan ponsel selama kegiatan (misalkan mematikan ponsel atau notifikasi), serta melatih diri untuk sepenuhnya fokus dan tidak memikirkan hal lain selain kegiatan yang sedang dikerjakan.

3. Pengalaman saya saat hilang fokus di saat sedang melakukan percakapan dengan seseorang,:

Saya pernah mengalami hilang fokus saat sedang berbicara dengan rekan guru. Saat rekan berbicara, pikiran saya tiba-tiba melayang ke tugas yang belum selesai sehingga membuat saya tidak sepenuhnya mendengarkan apa yang rekan saya katakan. Saya menyadari bahwa saya mulai kehilangan detail percakapan,  dan hanya mendengarkan sepintas saja. 

a. Biasanya hal yang menyebabkan hilangnya fokus adalah adanya pikiran yang mengganggu seperti misalnya pekerjaan yang menumpuk, ponsel ataupun notifikasi yang berbunyi.

b. Untuk mengembalikan fokus, saya berusaha menarik nafas dalam-dalam, memfokuskan kembali pikiran pada rekan saya dan menjaga kontak mata untuk kembali fokus ke percakapan.Saya juga mencoba mengingatkan diri untuk benar-benar mendengarkan karena percakapan tersebut sangatlah penting bagi coachee.


Demikian refleksi terkait kompetensi inti coaching yang mana menekankan pada pentingnya kehadiran penuh dan mendengarkan secara aktif ketika seseorang berbicara. Bahwasanya fokus pada coachee adalah kunci untuk menciptakan hubungan yang kuat dan menjaga perhatian dalam memahami kebutuhan coachee sehingga dapat memberikan dukungan yang tepat. Dengan fokus inilah coach dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot dan merasakan emosi yang dialami coachee  ketika membantu mencapai tujuan yang diharapkan.

Wednesday, September 18, 2024

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

 


2.3.f.2. Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.2. Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Oleh: Listyarini Intanti


Coaching dan coachee harus bekerja sama secara kreatif dan bersikap terbuka terhadap pengetahuan baru yang membantu coachee untuk menemukan solusi terhadap permasalahannya sendiri yang relevan dengan memaksimalkan potensinya.

No

Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Nilai saat ini 1-10

Ingin ditingkatkan ke 1-10

Yang dilakukan

 

Paradigma Berpikir Coaching

 

 

 

1.

Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

8

9

Berfokus pada kebutuhan, tujuan, dan potensi coachee dengan tidak memaksakan solusi, melainkan mendukungnya untuk menemukan jawabannya sendiri.

2.

Bersikap terbuka dan ingin tahu

7

9

Bersikap terbuka dan ingin tahu terhadap ide-ide yang membuka peluang untuk perubahan positif, meskipun keluar dari zona nyaman.

3.

Memiliki kesadaran diri yang kuat

6

8

Lebih peka terhadap kekuatan, kelemahan, emosi, dan perilaku coachee agar lebih mudah membuat perubahan yang tepat.

4.

Mampu melihat peluang baru dan masa depan

6

8

Mendukung pada apa yang bisa dilakukan coachee untuk peningkatan/kemajuan jangka panjang ke depan.

 

Prinsip Coaching

 

 

 

1.

Kemitraan

8

9

Memfasilitasi coachee menuju solusi yang paling sesuai dengan kebutuhannya secara lebih personal.

2.

Proses kreatif

7

8

Memberikan ruang bagi coachee untuk berpikir diluar kebiasaan dan menciptakan strategi baru untuk mencapai tujuan.

3.

Memaksimalkan potensi

7

8

Menggali potensi yang dimiliki coachee untuk membantu mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.




Friday, August 9, 2024

PI.2.5. Refleksi

 

Listyarini Intanti, S.Pd., Gr.

Refleksi Hasil Umpan Balik Kompetensi Guru Penggerak



Poin umpan balik yang konsisten diberikan oleh kepala sekolah, rekan sejawat dan murid diantaranya:

  • Bekerja sama dengan baik dengan rekan sejawat tanpa melihat agama, suku, status, atau bentuk fisiknya.
  • Berkolaborasi dengan warga sekolah untuk merancang dan menjalankan program pembelajaran
  • Mendorong murid untuk memperbaiki kondisi dan belajar dari kesalahannya ketika dia melakukan pelanggaran
  • Menyediakan kesempatan bagi orang tua/wali murid untuk mengambil peran dalam pengembangan sekolah.
  • Memiliki semangat untuk belajar dan berkembang

Yang sudah menunjukkan tingkat yang diharapkan terdapat pada kompetensi:

  • Menunjukkan kematangan spiritual, moral, dan emosi untuk berperilaku sesuai dengan kode etik
  • memimpin upaya pengembangan lingkungan belajar yang berpusat pada murid
  • Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang berpusat pada murid
  • Memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid
  • Melibatkan orang tua/wali murid sebagai pendamping dan sumber belajar di sekolah
  • Memimpin dan mengelola program sekolah yang berdampak pada murid
  • Memimpin program pengembangan sekolah untuk mengoptimalkan proses belajar murid dan mendukung kebutuhan masyarakat sekitar sekolah yang relevan
  • Mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid

Yang perlu menunjukkan peningkatan terdapat pada kompetensi:

  •  Meningkatkan kemampuan  dalam mengelola waktu
  •  Mengembangkan kompetensi warga sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
  •  Berpartisipasi aktif dalam jejaring dan organisasi yang relevan dengan kepemimpinan sekolah untuk mengembangkan karier
        Saya menerima umpan balik dengan hati terbuka. Saya menyadari kelemahan yang perlu saya perbaiki. Hal yang memotivasi saya untuk lebih berusaha meningkatkan kompetensi saya sebagai tindak lanjut diantaranya berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, mencari inspirasi dan sumber belajar online tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran, mencatat dan merencanakan pengembangan diri untuk perbaikan pembelajaran, meningkatkan kemampuan dalam mengelola waktu, serta berpartisipasi dalam kelompok belajar.
         Perilaku yang akan berhenti dilakukan yaitu perilaku kurang percaya diri dan khawatir yang berlebihan ketika berbagi ilmu dan mengenai pengelolaan manajemen waktu yang kurang efektif.
             Perilaku yang akan mulai dilakukan yaitu memberikan kesempatan belajar yang beragam sesuai bakat, minat, dan kebutuhan murid. Selain itu juga mengajak rekan guru untuk mengikuti pelatihan dan menemukan strategi pengembangan pembelajaran, melakukan refleksi dan mengumpulkan umpan balik serta mengelola waktu secara efektif.
            Saya berkomitmen untuk terus belajar dan berkembang, serta meningkatkan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dukungan sarana prasarana, motivasi, dan kolaborasi warga sekolah akan sangat penting bagi tercapainya perbaikan yang berkelanjutan.


Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

  RANGKUMAN KESIMPULAN PEMBELAJARAN KONEKSI ANTAR MATERI Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Oleh: L...